DiMULAI DARI KERTAS




Bayangkan kehidupan tanpa kertas. Akankah peradaban dapat tumbuh pesat seperti saat ini?

Sebagian besar dari kita yang tak begitu memikirkan sekeliling. Banyak unsur terpenting yang tak pernah terpikirkan di kepala kita. Bahkan terlintas saja tak pernah. Tapi saat dibutuhkan, baru menyadari pentingnya peran benda tersebut. Ambil contoh, kertas. Benda yang paling akrab dalam kehidupan sehari-hari, mulai pendidikan dasar, sampai pendidikan tinggi, benda ini boleh dikatakan barang wajib bersama dengan alat tulis. Sekumpulan kertas dalam bentuk buku tulis, atau disebut buku catatan merupakan media yang berperan besar dalam transaksi keilmuan. Buku catatan berfungsi sebagai media penyimpan memori sementara dengan kata lain sebagai pengingat. Juga merupakan sarana penyampai gagasan dalam bentuk kata atau kalimat dan sekumpulan tanda baca. Peran penting dari setiap lembaran kertas sebagai media penyimpan dan penyampai gagasan dimulai dari sejarah panjang penemuan benda bernama kertas.

Seringkali kita mendengar kampanye tentang kelestarian lingkungan. Bagaimana mempertahankan eksistensi lingkungan yang asri, nyaman dan bersih dari tangan-tangan jahil. Kertas berasal dari pulp, atau biasa disebut bubur kayu. Kertas terbentuk dari bubur kayu yang bahan bakunya dari pepohonan, diolah sedemikian rupa sehingga berbentuk tipis dan datar.  Karena kertas berasal dari Pohon, dan kumpulan pepohonan yang dinamakan hutan adalah bagian terpenting dari alam, kertas jadi korban. Sebelumnya, manusia dahulu menggunakan batu, lempengan tanah, dan dedaunan sebagai media menulis, seiring waktu, mengingat pentingnya peran media ini dan untuk kepentingan pengarsipan, dibuatlah inisiasi untuk membentuk kertas, salah satu penemuan terbesar dalam sejarah peradaban manusia.
Dimulai dari sejarah lahirnya kertas, mulai pula bermunculan berbagai penemuan-penemuan lainnya. Nilai dari kertas menandakan peradaban yang bersifat universal. Media  yang pada umumnya digunakan untuk menyampaikan informasi yang disebut sebagai media cetak adalah buktinya. Di seantero pelosok dunia, penyebaran informasi mulai memulai titik awalnya. Media cetak yang dimanfaakan sebagai media informasi membuat informasi lebih jelas dan lebih cepat penyebarannya. Sebelumnya, informasi hanya disebar lewat percakapan atau pertemuan-pertemuan tak formal, dari satu mulut ke mulut yang lain, hingga keakuratannya sangat disangsikan. Dengan media cetak, informasi yang datangnya dari informasi utama dapat dijaga keakuratan dan keasliannya.
            Demikian juga halnya dengan Uang kertas. Pada uang kertas terdapat unsur kebudayaan, histori dan dominasi kekuasaan. Bojonegoro mengklasifikasikan nilai menjadi tiga jenis, nilai materil, nilai vital dan nilai relegius. Dalam kenyataan sehari-hari, Kertas memiliki nilai materil dan vital yakni nilai berguna untuk pemenuhan fisik manusia dan alat bantu dalam kehidupan sehari-hari. Meski demikian, nilai sesungguhnya dari uang kertas tak ubahnya dengan sepotong kertas, namun, karena adanya legalisasi dan deklarasi dari pemerintah tentang penggunaan uang kertas, maka kertas tersebut memiliki nilai intrinsiknya, yakni dinilai dengan angka yang menggambarkan nominal dari nilai uang kertas. Bentuk legalisasi dari pemerintah tentunya berdampak terhadap nilai dari kertas. Berbeda dengan Negara lainnya, yang masih menggunakan jenis uang dari logam murni, dimana nilai sesungguhnya dan nilai intrinsiknya selaras.  Sama halnya dengan kertas toilet, yang juga berasal dari kertas. Namun pada nilai budayanya, terdapat perbedaan dari segi fungsi dan filosofi dibuatnya benda tersebut. banyak yang mengatakan bahwa penggunaan kertas toilet adalah salah satu budaya yang muncul terkait dengan kemajuan suatu Negara. Meski sebagaian juga menyebut pembuatannya terkait langkah penghematan. Yang pasti, semua paham terhadap fungsi kertas toilet, yakni penyeka tinja.
Terlepas dari semua kenyataan tersebut, upaya dalam menekan biaya, penghematan, percepatan adalah realita dalam kehidupan serba cepat dewasa ini. Peradaban silih berganti mengalami pembaharu. Kertas tergantikan dengan sebuah alternatif dalam bentuk media daring. Kehidupan saat ini dikuasai dengan keberadaan dunia maya, dalam bentuk lalu lintas jaringan data, semu, namun punya dampak sistemik dalam peradaban manusia. Media konvensional perlahan mulai terlupakan dengan keberadaannya. Sulit sekali saat ini menemukan orang yang masih menggunakan metode konvensional dengan median kertas, surat-menyurat, contohnya. Surat menyurat sangat terkenal di era 1980an. Sepasang kekasih cenderung berkorespondensi dengan surat, menyampaikan pesan dalam bentuk tulisan dengan median kertas. Begitu pun nilai tukar, orang- orang kebanyakan bertransaksi dengan uang kredit. Akhir-akhir ini juga mulai dikenal bit-coin, ataupun uang elektronik. Lama kelamaan peradaban akan semakin semu, tak nyata, begitupun dalam kehidupan sebari-hari, orang lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia maya dibanding bertemu langsung di dunia nyata.
Persoalannya, apakah penurunan drastis angka penggunaan kertas di dunia akan membuat alam menjadi lebih terjaga? Apakah dengan dilupakannya kertas dengan kehadiran media daring mejadi akhir dari kehidupan? Tentu tidak. Tapi setidaknya, membahas soal kertas, tak terlepas dari bagaimana kita memandang kehidupan yang serba cepat dewasa ini membuat kita berfikir tentang bagaimana dunia saat ini bergerak. Menjauh dari kehidupan nyata, tenggelam dalam dunia lain bernama dunia maya. Nilai dan budaya yang sedikit demi sedikit mulai tergerus, tentu tak akan disadari, karena setiap orang lebih mementingkan berfikir hal lain yang jauh lebih penting. Karena dunia bergerak semakin pesat,

0 comments:

Posting Komentar