10 MANFAAT MENJADI JURNALIS KAMPUS


   

    Melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi adalah impian besar yang muncul begitu lolos dari masa putih abu-abu. Setelah dinyatakan resmi diterima di perguruan tinggi, maka gelar baru menyusul, mahasiswa baru. Masa-masa ini tak kalah memberatkan dibanding tekanan saat berpeluh-peluh menekuni ujian masuk perguruan tinggi. Mahasiswa baru akan dimanjakan dengan suatu prosesi sakral yang disebut sebagai penerimaan mahasiswa baru. Banyak sebutan umumnya digunakan untuk masa penerimaan tersebut seperti pengaderan, perpeloncoan, pembinaan dan masih banyak istilah lainnya.

      Dalam prosesi penerimaan mahasiswa baru, ada beberapa agenda yang umumnya sangat penting, yakni tahap pengenalan organisasi kemahasiswaan. Meskipun hasil pantauan saya selama beberapa tahun terakhir minat berorganisasi pada kalangan mahasiswa semakin merosot, namun terus tumbuhnya organisasi kemahasiswaan merupakan bukti bahwa masih ada mahasiswa yang berpikiran cerdas dan mencerminkan sikap seorang akademisi, yakni mau terus berkembang.
    Banyak sekali organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi, baik lingkup kampus, fakultas maupun jurusan atau himpunan. Ada juga lingkup luar kampus yang biasa disebut organisasi ekstra kampus. Di antara sekian banyak organisasi kemahasiswaan atau lembaga kemahasiswaan, saya memilih menjelaskan tentang Lembaga Pers Mahasiswa atau Pers Kampus. Selama lebih dari tiga tahun berkecimpung dalam dunia Pers Mahasiswa, saya dapat mengatakan bahwa organisasi kemahasiswaan ini sangat menarik dan unik. Karena tak hanya mengurus soal keorganisasian dan kelembagaan, pers mahasiswa memiliki bidang keredaksian, yakni bidang yang mengurusi tentang kerja-kerja jurnalistik, hal ini yang membuat pers mahasiswa atau jurnalis kampus berbeda dengan kebanyakan organisasi lainnya. Berikut ada beberapa manfaat menjadi jurnalis kampus:

1. Dekat dan kaya Informasi
Pernah dengar ungkapan menyelam sambil minum air? Yah, ungkapan tersebut kurang lebih menggambarkan manfaat yang pertama. Seorang jurnalis kampus umumnya tak jauh beda dengan jurnalis umum dalam kerja-kerja jurnalistik. Melakukan peliputan, mengumpulkan berita, wawancara kiri-kanan dan banyak lagi. Jadi sudah sewajarnya, jika seorang jurnalis kampus selangkah lebih maju dibanding mahasiswa lainnya dalam hal informasi, utamanya informasi terkait kampus. Indera seorang jurnalis sangat sensitif dengan informasi, alias kepo. Informasi tentu sangat berharga bukan? Jadi jangan heran jika seorang Jurnalis kampus punya banyak beasiswa dibanding mahasiswa pada umunya.

2. Melatih sikap kehati-hatian
Dalam menjalankan kerja-kerja jurnalistik, asas verifikasi adalah yang terpenting dalam mengumpulkan informasi. Tak serta merta informasi yang didapatkan langsung diterima, kebenaran akan informasi adalah hal yang terpenting sebelum dapat diolah menjadi berita. Ketika seorang jurnalis kampus mendapatkan informasi, maka langkah selanjutnya adalah memastikan benar atau tidaknya informasi tersebut. jadi, tak ada istilah “konon katanya, kabarnya, sepertinya, dll” dalam kamus seorang jurnalis kampus. Perlu kepastian dalam informasi. Jika informasi awal diverifikasi dan hasilnya benar, maka berita bisa disajikan kepada pembaca, jika tidak, informasi tersebut hanya jadi bahan omongan belaka. Kehati-hatian dalam mengumpulkan informasi melatih sensitifitasnya terhadap informasi.

3. Mempertajam analisis
Analisis dibutuhkan tidak hanya pada saat mengumpulkan informasi, juga pada saat mengolahnya. Jurnalis kampus terlatih menganalisis sebuah informasi, menyandingkan dengan informasi dan data tambahan, termasuk mengolah sehingga dapat diterbitkan menjadi sebuah berita. Sebagai contoh, informasi tentang kenaikan SPP atau uang kuliah membutuhkan analisis untuk disandingkan dengan data dan regulasi yang berkaitan dengan pedoman umum penerapan tarif uang kuliah perguruan tinggi. Menganalisa peraturan terkait dibutuhkan dalam rangka menemukan inti masalah. Jika pada kenyataannya, tarif SPP yang diterapkan tidak sesuai aturan, maka hal tersebut menjadi pembahasan pokok untuk dapat diterbitkan menjadi berita. Dibutuhkan keseriusan dan konsistensi untuk mempertajam kemampuan analisa.
 
4. Banyak kenalan dan memperluas relasi
Terbiasa berhubungan dengan narasumber, memastikan informasi dari berbagai sumber dan meliput acara lembaga kemahasiswaan menjadi modal awal bagi jurnalis kampus memperbanyak kenalan. Demikianpun halnya dengan berkomunikasi dengan narasumber untuk memperoleh bahan berita secara tidak langsung menjalin relasi dengan berbagai pihak. Jadi, merupakan hal yang wajar jika seorang Jurnalis kampus dikenal dalam lingkup kampus.

5. Berani dan tegas dalam mengambil keputusan
Dalam dunia jurnalistik, dikenal istilah deadline. Deadline merupakan waktu yang telah ditentukan oleh pemimpin redaksi sebagai batas waktu pengumpulan berita. Kedisiplinan dalam dunia jurnalistik memang berbeda dibanding pekerjaan organisasi lainnya. Kita dituntut untuk cekatan, disiplin dan tepat waktu dalam menyetor berita. Karena telah terbiasa dikejar-kejar deadline, seorang jurnalis kampus akan tumbuh menjadi pribadi yang lugas, tegas dan cepat dalam mengambil sebuah keputusan.

6. Memperkaya keterampilan
Kerja-kerja pers mahasiswa hakikatnya mengutamakan kerjasama tim. Biasanya, dalam menentukan sudut pandang berita, keredaksian menugaskan penggarapan berita berdasarkan kelompok. Disamping melatih kerjasama tim, jurnalis kampus dituntut juga untuk menguasai lebih dari satu skill jurnalistik. Seperti reporter merangkap fotografer, atau bahkan layouter dan designer. Kemampuan-kemapun tersebut tentu meningkatkan pengetahuan sekaligus menambah keterampilan baru yang tentunya akan sangat berguna dalam menghadapi dunia kerja.

7. Ajang pengembangan jati diri
Banyak yang menganggap bahwa menjadi jurnalis kampus harus memiliki jiwa sosial yang tinggi, mampu bergaul dengan baik dan berpribadi ceria. Perlu untuk diperhatikan, bahwa pendapat tersebut merupakan anggapan yang keliru. Seorang penyendiri atau seorang pemalu pun pada dasarnya dapat menemukan wadah yang sesuai dengan menjadi jurnalis kampus. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan disiplin dan tugas yang diberikan yakni tugas peliputan menuntun seseorang untuk disiplin dan patuh pada deadline. Jurnalis kampus akan berkembang melalui kebiasaan-kebiasaan, perubahan yang bahkan ia sendiri tak menyadarinya. Perwatakan seseorang dapat berkembang pesat dengan melampaui batas kemampuan diri sendiri dan tentu saja dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

8. Menjadi Penulis
Terbiasa meramu bahan dan data berita, meramu bahasa dengan rapi agar dapat dipahami pembaca di sisi lain menambah keterampilan menulis. Bahkan beberapa penulis handal lahir dari latar belakang jurnalis, seperti mochtar lubis, ayu utami, Gunawan Muhammad dan masih banyak lagi. Kemampuan menulis tidak tumbuh begitu, namun melalui proses pembiasaan yang panjang. Dengan terbiasa meramu tulisan dan berita berbagai genre menempatkan seorang jurnalis kampus dapat berevolusi menjadi seorang penulis.

9. Meningkatkan kepekaan sosial
Seorang Jurnalis kampus atau pers mahasiswa terbiasa bersentuhan dengan berbagai situasi dalam melakukan kerja-kerja jurnalistik. Hal ini akan melatih jiwa sosialnya untuk sensitif dengan sosial kemasyarakatan. Fungsi Mahasiswa sebagai agen of change dapat terwujud nyata dengan cara terjun langsung bersentuhan dengan masyarakat. Jurnalis mahasiswa akan paham makna sebenarnya dari kerja pemberitaan yang ia lakukan, mengerti dan jeli dalam memetakan sasaran pembaca dan dampak yang ia timbulkan. Melalui pers mahasiswa, mahasiswa dapat mewujudkan salah satu dari sekian fungsi mahasiswa.

10. Terlatih membaca situasi dan ekspresi lawan bicara
Ketika akan menemui narasumber, jurnalis akan menggunakan cara yang dinilai efektif dalam menemuinya tanpa perantara. Beberapa narasumber biasanya memiliki beragam kendala untuk ditemui, tak jarang kadang berita terpaksa tak diterbitkan karena sulitnya menemui narasumber. Kesulitan untuk ditemui umumnya bukan karena narasumber yang enggan diwawancarai, namun persyaratan administrasi yang rumit untuk menemuinya, apalagi sekelas kepala pemerintahan. Dengan menggunakan jaringan yang ada dan memanfaatkan media sosial, menelusuri minat dan kebiasaan narasumber, mengenai tempat yang biasa ia kunjungi setiap hujung minggu, tentu akan memudahkan pertemuan tanpa harus melalui berlapis-lapis gatekeeper dan persyaratan administrasi. Begitupun halnya pada saat. Menelusuri pola, kebiasaan dan minat seorang narasumber tentu akan sangat berpengaruh dalam tehnik wawancara. Dengan memahami narasumber, berarti kita juga akan menguasai dialog dan mengorek informasi yang lebih mendalam.
1.     
Hal tersebut di atas hanya sebagian dari banyaknya keuntungan yang bisa didapatkan dengan menjadi jurnalis kampus. Masih terdapat banyak lagi manfaat yang tentu sangat berguna dalam menghadapi dunia kerja. Namun demikian, hal ini terpulang kepada konsistensi, keseriusan dan keinginan masing-masing individu. Pengalaman di lembaga pers mahasiswa cukup bermanfaat dalam mengukur sejauh mana kesiapan seseorang dalam menentukan karir dan menapaki profesi dalam dunia kerja.
Demikian 10 manfaat menjadi jurnalis kampus. Semoga dapat memberikan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.


2 komentar:

  1. Sangat luar biasa pengalaman saudara Muhammad Supri, izin untuk men-share pengalamannya ya saudara muhammad Supri agar generasi penerus terus bersemangat dalam berkecimoung di dunia jurnalistik kampus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih.
      Tentu boleh dishare kak.

      Hapus