BERBENAH LEWAT KRITIK


Ada dua tipe kritikus, yang mengikat  tindakan lewat kritik dan  yang mengaplikasikan kritik berdasarkan tindakan.

                Seberapa banyak kritik yang anda lontarkan dari fenomena masyarakat di sekeliling? Kritik apa saja, tentang pemerintah, masyarakat bahkan individu. Setiap orang pasti pernah mengutarakan pendapatnya, entah hanya seputar wacana yang berkembang, diskursus perpolitikan tanah air, kebijakan dari pemerintah setempat, bahkan penampilan seseorang, pasti pernah. Sebagian orang memilih mengkritik di hadapan objek kritiknya, dan sebagian besar malah mengkritik lewat belakang.

Dalam melancarkan kritik tak sedikit pula orang dapat menerima dengan hati terbuka. Bukannya anti-kritik, namun itu sudah menjadi sifat dasar manusia, takut dan menghindari percakapan  miring tentang dirinya. Maka, tak heran mengapa muncul pribahasa “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang pulau kelihatan.” Kalimat negasi yang biasa diungkapkan ketika seseorang menghadapi kritik. Bahasa pengingkaran, isyarat penolakan. Inilah yang biasa kita sebut sebagai Antikritik.
Ada dua tipe kritikus yang baik, yang mengikat tindakan lewat kritikan dan yang mengaplikasikan kritik berdasarkan tindakan. Tipe yang pertama adalah tipe orang yang percaya pada kekuatan kata-kata, bahwa lisan mampu membentuk dan mengikat tindakannya. Seseorang yang bersifat terbuka dan memahami bahwa kritik tak hanya tertuju pada subjek kritikannya, tetapi juga pada dirinya sendiri. Tipe kedua, yang memberi kritik berdasarkan pengalamannya. Ia pernah berada dalam posisi subjek kritikan, dan dengan pengalaman, mencoba berbagi metode penyelesaian. Tipe ini mengandalkan banyak hal yang dipelajarinya, lika-liku permasalahan yang pernah ia tempuh, dan menemukan formulasi penyelesaian yang ampuh terkait sebuah persoalan.
Sebagaimana pembahasan di awal, tak ada seorangpun yang menyukai kritik tentunya. Terkadang, tak sedikit orang yang memandang subjek dibanding objek kritikan. Mencari tau sosok kritikus dengan mengindahkan  substansi kritiknya. Akibatnya, ia selalu punya cara menangkis kritikan atas dirinya. Dengan pemahaman yang sederhana, tak sedikit orang yang ngotot membentengi diri dengan menangkis serangan, namun lupa bertanya mengapa kritik tersebut ditujukan padanya.

Pada akhirnya, kritik sejogjanya harus dipandang positif bagi individu yang ingin maju. Membuka diri terhadap kritik, berarti mau berbenah. Meski siapapun bisa menjadi kritikus, kritik yang baik adalah kritik yang mampu mengikat diri dan ditujukan konstruktif untuk seseorang. Dengan mengkritik tidak menjamin bahwa yang mengkritik lebih baik dari yang dikritik. Sebagaimana ungkapan; tak pernah ada kata puas dalam belajar. Maka tak pernah ada batasan dalam berbenah diri. Bisa jadi, seorang pengkritik sedang mengkritik dirinya sendiri lewat kritikan. Karena keyakinan pada setiap lisan yang ia ucapkan menjadi pengikat bagi dirinya di masa depan.

0 comments:

Posting Komentar