Kopi kuseduh pada mulut cangkir putih,
Penuh bahagia, penuh cinta,
Denting sudu pada dinding gelas,
Merambat lewat cairan kecokelatan,
Dialog dimulai..
Kau menyebutnya kopi susu,
Aku menyebutnya kopi,
Kau menyukai kopi susu panas,
Diseduh pada air seratus derajat,
Aku menyukai kopi hangat,
Seduhan yang dipadu seperdua air seratus derajat,
Seperdua air empat puluh derajat,
Kita berbeda soal segalanya,
Kau berseru indahnya perbedaan,
Ilmu pengetahuan lahir dari rahim perbedaan ujarmu,
Aku membenci kepastian perbedaan,
Ilmu pengetahuan tercemari kolotnya perdebatan,
Kau berbicara,
Aku diam,
karena;
Kopiku,
yang tersaji penuh cinta,
yang belum tersentuh lidah,
Aku menyebutnya kopi,
Kau menyukai kopi susu panas,
Diseduh pada air seratus derajat,
Aku menyukai kopi hangat,
Seduhan yang dipadu seperdua air seratus derajat,
Seperdua air empat puluh derajat,
Kita berbeda soal segalanya,
Kau berseru indahnya perbedaan,
Ilmu pengetahuan lahir dari rahim perbedaan ujarmu,
Aku membenci kepastian perbedaan,
Ilmu pengetahuan tercemari kolotnya perdebatan,
Kau berbicara,
Aku diam,
karena;
Kopiku,
yang tersaji penuh cinta,
yang belum tersentuh lidah,
Tercemar liur dari mulut kotormu,
yang mendarat tepat pada busanya yang menawan,
yang mendarat tepat pada busanya yang menawan,
Aku kehilangan selera…
0 comments:
Posting Komentar