Ilustrasi : CLINICALENGINEERING.IN |
Jika kamu adalah orang yang sering menunda-nunda pekerjaan, sulit memilah agenda prioritas dan sampingan atau terbiasa menyelesaikan tugas minus semalam sebelum deadline (baca: sistem kebut semalam), berarti anda sedang terserang prokrastinasi akut! Ahli Psikologi mengartikan prokrastinasi sebagai suatu kondisi kecemasan jiwa yang timbul akibat sulitnya menetapkan prioritas kerja, menunda penyelesaian masalah dikarenakan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan.
Saya mengenal kata prokrastinasi juga Karena prokrastinasi. Kegiatan yang umumnya menjadi kebiasaan mahasiswa (tingkat akhir) di warung-warung kopi. Awalnya, saya melihat salah satu postingan seorang mahasiswa S2 yang membagikan tautan presentasinya di media sosial pada salah satu tontonan favoritku, TED-X Talk. Sebuah ajang sharing, dengan membagikan pengalaman pribadi penyajinya untuk dijadikan informasi dan motivasi bagi audiensnya. Tontonan yang sangat sehat dan bernutrisi untuk kalangan akademisi, utamanya mahasiswa, minusnya, anda harus sedikit banyak paham Bahasa inggris. Singkatnya, penyaji yang merupakan mahasiswa S2 jurusan psikologi tersebut berbagi pengalaman saat menghadapi masa-masa sulitnya menyusun Tesis. Menariknya sajiannya penuh guyon dan analogi yang mudah dimengerti, bahkan untuk orang awam sekalipun.
Ia mengibaratkan prokrastinasi adalah dua jenis makhluk di dalam otak manusia yang mengendalikan kemudi pikiran. Seekor kera dan manusia. Kera adalah biang kerap terjadinya prokrastinasi. Ketika ia memegang kendali, kita cenderung bermalas-malasan, berada dalam zona nyaman, bawaan perilaku kita cenderung mengenyampingkan beban pikiran soal pekerjaan. Berbeda dengan kera, manusia selalu mengemudikan pikiran pada penyelesaian tugas secepatnya, menstimulan istilah Time is Gold, tak ada waktu untuk berleha-leha seperti kera. Umumnya setiap orang dihinggapi prokrastinasi, hanya porsinya yang berbeda. Namun ironisnya, tak sedikit manusia yang dikendalikan pikirannya oleh si kera. Utamanya, persentase populasi manusia di Indonesia agaknya, makanya kita mengenal istilah jam karet.
Deadline merupakan sebuah limit, pembatas, jangka waktu yang dimanfaatkan untuk mengukur dan memetakan efisiensi kinerja manusia. Kebijakan ini familiar dikalangan penulis, pewarta atau orang yang bekerja di institusi media. Deadline serupa hantu yang sering menjadi ketakutan terbesar manusianya, bergentayangan dan menakut-nakuti agar keinginanya cepat dapat dipenuhi. Maka tak heran, untuk pewarta, seorang pemimpin redaksi atau redakturnya adalah manusia tergalak dalam pekerjaannya. Atau seorang penulis, editornya seringkali menjadi mimpi buruk yang terus mendatangi, sebelum tugasnya terselesaikan.
Tapi jangan salah sangka, deadline dan perangkat penegaknya (seperti ilustrasi di atas, pimred & editor) adalah panduan, pedoman dan rel yang menjadi landasan keefektifan dalam pekerjaan yang kita tekuni. Melawan deadline dan penegaknya, secara langsung dapat berdampak pada keberlangsungan karir dan secara tak langsung berujung pada kebiasaan buruk bagi pola hidup. Deadline mencerminkan profesionalitas dan mutu sebuah perusahaan atau organisasi. Semakin tepat akurasi deadline, maka bisa dipastikan, bahwa organisasi demikian bekerja cukup professional. Demikianpun sebaliknya. Patuh pada batas waktu adalah hal yang paling mendasar dalam profesionalisme kerja.
Masalah timbul ketika kita tak bekerja pada sebuahn sirlkulasi yang sistematis, bekerja perorangan. Hal inilah permasalahan terbesar buat semnua orang. Berapa banyak pengusaha yang bergantung pada kinerja sekretarisnya dalam menyusun pertemuan, atau seorang suami yang terbiasa berangkat kerja dengan kelengkapan dan sajian sarapan pagi yang disiapkan istrinya, ataupun anak semua jenjang pendidikan yang tak akan terbangun ke sekolah jika tidak dibangunkan oleh ibunya. Inilah letak permasalahan terbesar setiap orang. Kita terbiasa hidup dalam sebuah sirkulasi, rutinitas yang nyaman tanpa berusaha memikirkan dampak terburuk ketika satu dari mata rantai sistem hilang. Pekerjaan bakal berantakan, pengusaha yang pension, tak lagi dalam jangkauan sekretarisnya harus terbiasa dengan managemen sendiri, demikianpun suami dan anak-anak sekolah.
Umumnya motivasi menjadi tulang belulang yang menyusun kerangka pengaturan diri. Jika seorang penulis memenuhi kualifikasi motivasi yang berasal dari dirinya sendiri, contohnya bukunya didedikasikan untuk anaknya yang akan berulang tahun, maka deadline otomatis akan bekerja. Bukan deadline dari sebuah sistem, melainkan alarm yang berasal dari tekad manusia. Sejauh ini, saya juga merasakan manfaat yang sama, dengan formula motivasi. Dengan menstimulus diri sendiri, akan menjadi kerangka acuan untuk pemenuhan kerja. Kita membutuhkan lingkungan yang sehat, bukan dalam artian sehat higenis, tapi sehat terhadap orang-orang di sekeliling. Belajar dari pengalaman orang lain dan banyak-banyak merenung untuk kemaslahatan hidup.
0 comments:
Posting Komentar